Kapan Nyusul?

Bookmark and Share

Akhir-akhir ini masih saja ada sebagian orang yang bertanya kepada teman atau kerabatnya tentang ‘kapan nyusul’. Dan sepertinya akan ada yang sangat ‘tertekan’ apabila melihat teman-temannya sudah naik pelaminan, sedangkan ia belum naik pelaminan karena belum waktunya naik. Saya katakan sekali lagi, ia belum waktunya naik kemudian ditanya kapan nyusul.
“Kapan nyusul?”
Ya, inilah penyebabnya. Sebuah pertanyaan yang memang sulit untuk dijawab bagi siapa pun kecuali yang sudah benar-benar siap segalanya. Untuk menjawabnya sebetulnya tidak begitu sulit, sih, hanya saja harus dengan penuh keyakinan dan penuh pemikiran.
“Kapan nyusul?”
Berbagai jawaban mungkin sudah dicoba untuk meredam pertanyaan ‘klasik’ itu yang sebetulnnya itu tak harus ditanyakan. Karena, sungguh, yang ditanya jugapasti tidak tahu kapan ia akan nyusul, karena hanya Allah lah yang menetapkan segalanya, dan menakdirkan itu semua terjadi.
“Kapan nyusul?”
Tapi pertanyaan seperti ini nampaknya akan selalu hadir. Dan pasti harus dijawab oleh orang yang ditanya. Ada yang menjawabnya dengan, “InsyaAllah secepatnya. Doakan saja ya.” Ada juga yang, “Tahun depan, insyaAllah.” Ada juga yang, “Saya mah mau beresin kuliah dulu.” Atau ada juga yang, “Aduh, kapan ya, bingung. Maunya sih besok, tapi kamu pasti gak akan percaya.”
Seharusnya, atau sebaiknya sih, kita tak perlu bertanya kepada siapa pun dengan pertanyaan, “Kapan nyusul?” Karena, walau dijawab pun, jika belum waktunya, ya gak akan tahu kapan tepatnya kecuali memang benar-benar sudah dibuat undangannya, baru akan tahu kapan ia akan nyusul.
Lagi pula, menurut saya itu pertanyaan yang aneh, kok kapan nyusul? Ya gak pernah bisa nyusul atuh kita mah, orang lain udah nikah selama satu tahun, masa harus kita susul sih, kan, gak bisa! :P
Bukankah kata ‘menyusul’ itu yang asalnya tertinggal menjadi lebih duluan? Nah, jika dikategorikan dengan nyusul menikah, ya sungguh takkan pernah bisa kita menyusul. Maka, “Kapan nyusul” benar-benar pertanyaan yang tak seharusnya dipertanyakan. Mengapa? Karena ya, itu tadi, kalau orang yang ditanya sudah siap, ia akan segera memberitahumu dengan undangan, bukan dengan jawaban.
Mungkin, engkau yang sekarang sudah menikah contohnya, pun dulu pasti dirimu pernah merasakan juga, kan, bagaimana ‘risih’ nya jika ditanya kapan nyusul, dan engkau pun mungkin bingung mau jawab apa ketika dirimu belum benar-benar siap akan hal itu, maka engkau pun ambil jawaban dengan, “Secepatnya, insyaAllah.” atau hanya dengan senyuman, “Hehe.”
Sungguh, seharusnya dengan engkau pernah merasakan hal itu, seharusnya engkau tak perlu lah menanyakan hal itu lagi kepada yang belum. Lebih baik cukup do’akan saja dalam hati, “Semoga Allah mudahkan kamu naik pelaminan secepatnya, sahabatku”, atau “Semoga Allah segera pertemukan engkau dengan pasangan yang shalih/shalihah, segera.” Nah, itu kan lebih baik, dan insyaAllah do’a yang tanpa sepengetahuan itu sangat ampuh, bukan? Lalu kenapa tak dicoba?
Dan itu mungkin akan sedikit menyenangkan hati siapa saja yang belum, tanpa harus menyibukkan mereka dengan pertanyaan yang memang wilayahnya bukan sepengetahuan kita, tapi itu semua adalah meliputi sepengetahuan Rabb Semesta Alam.
Atau mungkin, jika dirimu keukeuh‘ (memaksa, red.) masih ingin bilang kapan nyusul kepada sesiapa yang belum. Coba banyangkan saja ketika dirimu mengantarkan seseorang ke pemakaman, lalu, tiba-tiba ada yang bertanya padamu, “Kapan nyusul?” Sungguh, apa yang kau rasakan bingungnyadengan pertanyaan itu sama seperti engkau bertanya pada seseorang tentang pernikahan.
Bahkan, sesungguhnya pertanyaan kapan nyusul mengenai pernikahan itu jauh lebih mudah ketimbang ditanya kapan nyusul mengenai kematian. Jika memang sudah waktunya, percayalah sahabatku, itu semua amat mudah bagi-Nya. [ ]
Ditulis sambil duduk,
Bandung, 1 Maret 2015
Bisma D. Kurnia

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Post a Comment