Tak pernah habis memang bahasan tentang pernikahan ini, dan kami
yakin andapun juga tak pernah bosan untuk terus mempelajarinya atau
bahkan semakin “haus” untuk terus menggali ilmu-ilmu seputar
kehidupan pernikahan. Apakah itu yang masih sendiri, yang sebentar lagi
mau menikah terlebih yang sudah menikah.
Ketika masih sendiri kita mungkin berpikir akan terasa indah jika
punya pasangan, ada yang mengingatkan, ada yang menemani, ada yang
selalu memperhatikan, ada yang selalu mendengarkan akan tetapi setelah
menikah yang dirasakan justru sebaliknya, muncul jarak yang begitu jauh
antara harapan dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan rumah
tangga.
Sehingga hal ini memunculkan banyak pertanyaan, kenapa rumah tangga
saya seperti ini? kenapa pasangan saya cuek?, kenapa koq makin kenal
makin kelihatan sikap buruknya?, kenapa suami “nggak”
pengertian, kenapa selalu terjadi perdebatan dan perselisihan ?, kenapa
tidak ada yang mau mengalah?, kenapa terjadi ini dan itu? kenapa tidak
begini dan tidak begitu serta banyak lagi pertanyaan-pertanyaan kenapa
lainnya.
Ada yang berhasil melewati hal ini hingga pada akhirnya ia merasakan
rumah tangga bahagia, namun ada juga yang gagal melewati berbagai
masalah ini sehingga pada akhirnya pernikahannya berujung pada
perceraian.
Ibaratnya sebuah perjalanan, sebutlah kita akan menempuh perjalanan
dari bogor ke jakarta. Dari bogor ke jakarta tentu ada tikungan, ada
belokan, menemukan macet, dan berbagai kondisi jalanan yang kita
hadapi. Terkadang dalam perjalanan kita menemukan kondisi ideal yang
kita inginkan sehingga kita dengan mudah sampai pada tujuan, namun bisa
juga kita menemukan kondisi yang tidak ideal sehingga membuat perjalanan
kita akan terganggu.
Begitu juga dengan kehidupan pernikahan, ada tahap-tahapan yang akan kita lalui, penting untuk kita ketahui agar tidak “kaget”
ditengah perjalanan, agar kita bisa menyiapkan diri menghadapinya
sehingga terjadi kepanikan yang malah bisa membahayakan pernikahan kita
sendiri.
5 Tahapan kehidupan ini kami kutip dari pendapat Dawn J. Lipthroot, LCSW seorang marriage anda relationship coach . Agar mudah memahaminya sengaja kami ubah istilah-istilah 5 tahapan tersebut dengan bahasa kami.
Adapun 5 Tahap kehidupan pernikahan tersebut adalah :
1. Tahap Pertama : Bulan Madu
Bulan madu atau honeymoon ini tentu sudah sangat familiar
ditelinga kita, meskipun kami sendiri tidak pernah membuat acara khusus
seperti yang dilakukan oleh banyak orang dalam momen ini, namun kami
memahami momen bulan madu adalah suatu momen terindah, momen yang
menjadi impian setiap yang mau menikah.
Bulan madu adalah masa-masa awal pernikahan, masa-masa terindah setiap pasangan baru dalam istilah minangkabau disebut “Baru-baruan”. Dalam
masa ini semua terasa manis, indah dan menyehatkan bagai madu.
Panggilan mesra sayang, kecupan cinta penuh mesra, pelukan yang
menghangatkan hampir setiap hari bahkan setiap saat begitu mudah
dilakukan dimasa-masa ini.
Ibarat bunga yang mekar, kehidupan rumah tangga dimasa ini
berbunga-bunga indah. Suami begitu sayang dan perhatian kepada istri,
sehingga istri merasa sangat bahagia layaknya berada diistana yang
ditemani seorang pangeran ganteng dan baik hati. Begitu juga dengan
suami serasa hidup bersama putri syurga, setiap pagi ada yang
membangunkan, menyiapkan air minum serta sarapan kesukaan, memakai
pakaian terbaik dan terindah sehingga tak pernah lelah mata memandang.
Dalam masa ini semua begitu indah, masing-masing pasangan saling
menjaga hati pasangannya takut kalau tersinggung, masing-masing pasangan
memberikan perhatian terbaik pada pasangannya. Romantisme, getaran
asmara begitu memuncak pada masa-masa ini, ya, begitulah indahnya di
bulan madu.
2. Tahap kedua : Bulan Jamu vs Bulan Empedu
Hidup tidak selalunya indah
Langit tak selalu cerah
Suram malam tak berbintang
Itulah lukisan alam
(Begitu aturan Tuhan)
(Lukisan alam : Hijjaz)
Bak kutipan nasyid diatas, begitu juga dengan kehidupan dalam
pernikahan. Kalau dibulan madu semua terasa indah dan cinta bersmi
dimana-mana. Maka disuatu saat (meskipun waktunya berbeda-beda) setiap
pasangan akan memasuki tahapan kedua. Kami menyebutnya bulan empedu vs bulan jamu
Dalam tahap kedua ini masing-masing pasangan mulai menyadari berbagai
realita dan kenyataan kehidupannya. Setiap pasangan mulai menyadari
seperti apa dan bagaimana pasangannya, sudah mulai melihat ada
kekurangan pasangannya,sudah mulai merasa lelah dan capek sehingga butuh
perhatian lebih. Dan hebatnya masing-masing “merasa” dialah yang paling capek, paling lelah dan juga merasa dirinyalah yang mesti dilayani dan diperhatikan lebih.
Terkadang muncul konflik apakah itu perdebatan, saling diam, saling “serang”.
Istri merasa kurang perhatian dan tidak didengarkan sementara suami
merasa kurang menerima pengakuan. Kondisi seperti sangat rentan sekali
dengan berbagai problem baru. Banyak masalah baru bisa muncul jika tidak
mampu melewati masa ini dengan bijak, apakah itu kekerasan dalam rumah
tangga, perselingkuhan, salah satu pasangan “ngambek” dan pergi kerumah
orang tuanya. Hingga dampak terburuknya adalah perceraian.
Sebab itulah kami menyebut tahap ini sebagai “Bulan Empedu vs Bulan Jamu” .
Karena memang dimasa-masa ini pahit, nggak enak. Jika kita bijak
menyikapinya, selalu menjadikan ketaatan kepada Allah SWT sebagai dasar
penyelesaian setiap konflik maka jadilah ia madu pahit memang namun
tetap menyehatkan.
Apabila kita gagal menyikapinya secara bijak, menjadikan konflik ini
sebagai masalah besar, beban kehidupan maka dampak terburuk yang mesti
hadapi adalah perceraian. Maka jadilah ia bulan empedu bahkan menjadi
racun, yang pahit dan mematikan.
3. Tahap ketiga : Kesadaran mencintai
“Mencintai ternyata tak semudah jatuh cinta…”
Nah, ditahapan ketiga ini masing-masing pasangan sudah mulai
menyadari dirinya sendiri, mulai memahami pasangannya, mulai mengerti
kondisi dan situasi, mulai mencoba menerima setiap yang tidak disukai
serta mencoba melihat celah-celah kebaikan pasangannya serta memberikan
apresiasi terhadap segala kebaikan pasangan tersebut, mulai tau apa
peran dan tugas masing-masing pasangan.
4. Tahap keempat : Komitmen berubah menjadi yang lebih baik
“Kalau emas di uji dengan tempaan api yang panas, maka cinta diuji dengan tempaan berbagai masalah”
Layaknya emas yang diuji dengan dibakar, dipotong, diasah tak
sekali-kali dipukul jika masih berkilau maka benarlah ia emas. Tapi jika
berubah warnanya, hancur atau malah menjadi lebih jelek maka bisa jadi
itu emas imitasi. Begitu juga dengan cinta dalam kehidupan rumah tangga,
butuh di uji dulu, butuh digempur dulu hingga gempor untuk membuktikan
sejatinya cinta.
Pada tahap keempat ini, setelah melewati puncak masalah dan
kekalutan, setelah mulai sadar maka ditahap ini ada komitmen untuk
berubah menjadi lebih baik. Mulai kelihatan pola-pola dalam kehidupan
rumah tangga, baik itu pola yang memicu konflik maupun pola yang akan
meningkatkan kehangatan diantara pasangan.
Disaat ini, pasangan menata ulang kembali cita-cita pernikahan
bahagianya, pasangan optimis untuk melanjutkan kehidupan rumah
tangganya, optimis bisa saling membahagiakan pasangannya masing-masing.
5. Tahap Kelima : Makin bahagia bersamamu
Masa-masa emasnya pernikahan, kurang lebih begitulah istilah yang
tepat untuk menyebut tahapan ini. Kalau dalam doa pernikahan kita selalu
mendoakan pasangan sakinah, mawadah dan warahmah maka masa-masa
tersebut ada pada tahapan ini.
Ketika kehangatan, keintiman, romantisme, cinta dan kasih yang semakin bertumbuh. Dimasa-masa inilah bahagia didapat.
Itulah 5 tahap kehidupan pernikahan, bagi yang sudah menikah tentu
bisa sekarang melihat ditahap manakah kehidupannya berada. Bagi yang
belum menikah tentu hal ini penting diketahui sebagai bekal memasukinya
dan melewatinya. Tidak ada memang rumusan baku dalam melewati tahap ini,
masing-masing pasangan berbeda tentu sangat bergantung pada kesiapan
mental, kedewasaan serta keilmuan yang dimiliki. [ Uda Agus / Elmina ]
Sumber foto : abiummi.com
sumber : http://www.elmina-id.com
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Post a Comment